Udang putih Amerika (Litopenaeus vannamei) merupakan salah
satu pilihan jenis udang yang dapat dibudidayakan di Indonesia selain udang
windu (Litopenaeus monodon). Di
Indonesia Udang L. Vannamei lebih
dikenal dengan nama udang vannamei.
a. Klasifikasi dan Morfologi
Udang
vannamei digolongkan kedalam genus Penaeid pada filum Arthropoda. Ada ribuan
spesies di filum ini namun, yang mendominasi perairan berasal dari subfilum
crustacea. Ciri-ciri subfilum crustacea yaitu memiliki 3 pasang kaki berjalan
yang berfungsi untuk mencapit, terutama dari ordo Decapoda, seperti Litopenaeus
chinensis, L. Indicus, L. Japonicus, L. Monodon, L. Stylirostris dan
Litopenaeus vannmei. Berikut tata nama udang vannamei menurut Haliman dan
Dian (2006):
Kingdom :
Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Tubuh udang vannamei dibentuk oleh dua
cabang (biramous), yaitu exopodite dan endopodite. Udang
vannamei memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik (moulting).
Bagian tubuh udang vannamei sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan
untuk keperluan sebagai berikut (Haliman dan Dian, 2006),
1) Makan, bergerak, dan membenamkan diri ke dalam Lumpur (burrowing).
2) Menopang insang karena struktur insang udang mirip bulu
unggas.
3) Organ sensor, seperti pada antena dan antenula.
b. Siklus Hidup
Menurut Haliman dan Dian (2006), siklus hidup udang
vannamei sebelum ditebar di tambak yaitu stadia nauplii, stadia zoea,
stadia mysis, dan stadia postlarva.
1.
Stadia nauplii
Pada stadia ini, larva berukuran 0,32 – 0,58 mm. Sistem
pencernaannya masih belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa
kuning telur sehingga pada stadia ini benih udang vannamei belum
membutuhkan makanan dari luar.
2.
Stadia zoea
Stadia zoea terjadi setelah nauplii ditebar di bak
pemeliharaan sekitar 15 – 24 jam. Larva sudah berukuran 1,05 – 3,30 mm. Pada
stadia ini, benih udang mengalami moulting
sebanyak 3 kali, yaitu stadia zoea 1, zoea 2, dan zoea 3. lama waktu proses pergantian kulit
sebelum memasuki stadia berikutnya (mysis)
sekitar 4-5 hari. Pada stadia ini, benih sudah dapat diberi pakan alami,
seperti artemia.
3.
Stadia mysis
Pada stadia ini, benih sudah menyerupai bentuk udang yang
dicirikan dengan sudah terlihat ekor kipas (uropod)
dan ekor (telson). Benih pada
stadia ini sudah mampu menyantap pakan fitoplankton dan zooplankton. Ukuran
larva berkisar 3,50 – 4,80 mm. Stadia ini memiliki 3 sub stadia, yaitu mysis 1, mysis 2 dan mysis 3 yang
berlangsung selama 3-4 hari sebelum masuk pada stadia postlarva (PL)
4.
Stadia postlarva (PL)
Pada stadia ini, benih udang vannamei sudah tampak
seperti udang dewasa. Hitungan stadia yang digunakan sudah berdasarkan
hari. Misalnya, PL 1 berarti postlarva
berumur 1 hari. Pada stadia ini udang sudah mulai aktif bergerak lurus ke depan dan memiliki
kecenderungan sifat sebagai karnivora.
c.
Tingkah Laku saat Makan
Udang
termasuk golongan omnivora atau
pemakan segala. Beberapa sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon),
fitoplankton, copepoda, polychaeta, larva kerang, dan lumut. Udang vannamei
mencari dan mengidentifikasi pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran
dengan bantuan organ sensor. Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antena dan maxilliped.
Dengan bantuan sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan merespon untuk
mendekati atau menjauhi sumber pakan.
Untuk
mendekati sumber pakan, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang
memiliki capit. Pakan langsung dijepit
menggunakan kaki jalan, kemudian dimasukkan ke dalam mulut. Pakan yang
berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan dan esophagus. Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan
dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped
di dalam mulut.
Kebiasaan
makan dan cara makan (feeding and food habit) juga identik dengan udang
windu, yaitu tergolong hewan omnivorous scavenger, pemakan segala (hewan
dan tumbuhan) dan bangkai. Jenis makanan yang dimakan udang vannamei antara
lain plankton (fitoplankton dan zooplankton), alga bentik, detritus dan bahan organik lainnya. Yang membedakan dengan udang
windu dari aspek feeding and food habit adalah pada udang vannamei lebih
rakus (piscivorous) dan membutuhkan protein yang lebih rendah. Udang
vannamei membutuhkan pakan yang mengandung protein 32-38% (Kordi, 2007).
Referensi
Haliman, W. R dan Dian Adijaya. 2006. Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarata
Kordi ,M.G.H., dan A. B. Tandjung. 2007. Pengelolaan Kualitas Perairan Dalam Budidaya Perairan.
Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar